Kekerasan berbasis gender nyatanya masih sangat merajalela, terlebih dengan canggihnya perkembangan teknologi informasi. Hal ini membuat bentuk bentuk baru kekerasan berbasis gender karena difasilitasi oleh teknologi yang canggih. Maka dari itu, perlu adanya aksi nyata cerdas berkarakter demi melawan kekerasan tersebut. Lantas apa saja aksinya? Simak ulasan berikut.
Modus dan Tipe Tipe Kekerasan Berbasis Gender
Kekerasan Berbasis Gender (KBG) tidak hanya di dunia nyata saja, tindak kekerasan juga terjadi dalam dunia maya atau online karena teknologi yang sudah berkembang seperti saat ini.
Kekerasan tersebut memiliki maksud atau niatan melecehkan korban berdasarkan seksual atau gender. Setidaknya terdapat 8 bentuk kekerasan berbasis gender online. Mulai dari pelecehan online, konten ilegal, pencemaran nama baik, rekrutmen online, ancaman distribusi video/foto pribadi, pelanggaran privasi, pendekatan memperdaya, hingga peretasan.
Aktivitas yang termasuk melanggar privasi yaitu mengakses, memanipulasi, menggunakan dan menyebarkan data pribadi tanpa persetujuan. Tidak hanya itu saja, daxing atau menyebarkan informasi dengan maksud melecehkan juga menjadi salah satu tindakan kekerasan berbasis gender online yang sering terjadi.
Selain cyber harassment, kekerasan tersebut juga bisa dilakukan dengan pelecehan berulang ulang melalui perhatian, pesan atau kontak yang tidak diinginkan. Biasanya hal ini juga diikuti dengan ancaman langsung dan kekerasan fisik atau seksual. Hal tersebut terjadi karena adanya ujaran kebencian dan penghasutan terhadap kekerasan fisik.
Dampak yang Terjadi Akibat KBG
Masing masing penyintas atau korban KBG akan mengalami dampak yang berbeda beda. Hal ini bisa dilihat dari kerugian psikologis yang menyebabkan korban mengalami depresi disertai kecemasan yang berlebih jika tidak mengaplikasikan sikap cerdas berkarakter. Terkadang ada juga individu yang pada titik tertentu menyatakan pikiran untuk bunuh diri akibat dari bahaya yang dihadapi.
Selain dampak pada individu, ada juga konsekuensi lainnya yaitu keterasingan sosial. Para penyintas atau korban menarik diri dari pandangan publik. Hal ini juga akan terjadi dalam lingkungan keluarga maupun pertemanan. Apalagi bagi wanita yang video dan fotonya disebarluaskan tanpa persetujuan dan merasa dipermalukan di depan khalayak umum.
Tidak berhenti sampai di situ saja, para korban juga akan kehilangan kemampuan untuk bergerak bebas berpartisipasi dalam ruang offline maupun online. Sehingga akan menyebabkan keterbatasan mobilitas. Jika dilihat dari sisi kerugian ekonomi, korban atau penyintas juga akan kehilangan penghasilan atau pengangguran.
Aksi Nyata yang Dapat Dilakukan Melawan KBG
Untuk melawan kekerasan tersebut, maka dibutuhkan tindakan cerdas berkarakter dengan beberapa cara, diantaranya:
- Jika terjadi KBG secara Online maka disarankan untuk lebih menjaga privasi di dalam dunia maya. Data pribadi seperti foto diri, nomor hp, alamat rumah dll sangat dianjurkan untuk tidak diumbar, terutama oleh diri sendiri saat menggunakan jejaring media sosial atau aplikasi percakapan seperti WhatsApp
- Membuat kampanye solidaritas untuk menyebarkan kesadaran akan keberadaan KBG nyata terjadi seperti yang saat ini dilakukan oleh Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Pendidikan Karakter (Puspeka) yang bertajuk “Ayo Lawan Kekerasan Berbasis Gender”.
- Selain itu, Aksi Nyata kita dalam memberikan kepedulian dan dukungan jangka panjang bagi korban atau penyintas dalam mencegah KBG terjadi lagi seperti pendampingan korban dsb.
Berbagai bentuk kekerasan bisa terjadi kapan saja dan berdampak buruk bagi korbannya. Maka dari itu diperlukan aksi nyata kita menjadi pribadi yang Cerdas Berkarakter dalam melawan kekerasan berbasis gender ini.