Arti sopan santun dapat diartikan sebagai etika yang tumbuh seiring dengan tumbuhnya kita sebagai manusia. Awal dari tumbuhnya sopan santun tersebut dimulai dari sebuah lingkungan masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Lingkungan ini yang membentuk karakter seseorang untuk memahami kepribadiannya yang nantinya akan tumbuh menjadi manusia sosial.

Lingkungan keluarga merupakan cikal bakal dari pendidikan etika yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sopan satun juga nilai sosial lain diajarakan, diterapkan, dan dipahami sepenuhnya. Peran ibu dan ayah yang menjadi pembimbing merupakan ujung tombak kepribadian seorang anak agar memilki kepribadian yang baik. Pola mendidik dalam keluarga yang baik akan membawa pengaruh kepada anak untuk tumbuh menjadi anak yang baik pula.

Pemahaman Arti Sopan Santun

Sopan santun dapat diartikan sebagai banyak hal, bergantung pada bagaimana seseorang menginterpretasikan apa itu etika dan bagaimana kultur sebuah ingkungan sosial tersebut dijalankan oleh orang tersebut. Misalnya saja, di Indonesia orang memegang kepala orang lain adalah hal yang tidak sopan. Namun di luar negeri seperti Korea, hal itu justru adalah hal yang lumrah bahkan dianggap sebagai kedekatan antara orang yang satu dengan orang lain.

Namun, kembali pada ruang lingkup di mana seseorang tersebut tinggal, tumbuh, dan berkembang, yang jelas sopan santun itu bernilai positif serta baik di mata masyarakatnya.

Pendidikan sopan santun akan dimulai sejak kecil oleh orangtua dan lingkungan keluarga. Lalu, diteruskan oleh lingkungan pendidikan formal, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sosial lainnya sehingga setiap orang akan memiliki parameter sopan santun yang berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan pula pengenalan kebudayaan lebih lanjut agar setiap orang bisa memahami atau setidaknya menghargai makna sopan santun dalam suatu lingkungan.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dinjunjung sepertinya merupakan peribahasa yang tepat untuk menggambarkan bagaimana suatu pribadi menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan yang ada di wilayah tempat tinggalnya sehingga masyarakat bisa menerima perlakuan dan bahasa yang dikeluarkannya.

Pendidikan Sopan Santun

Beberapa langkah dapat dilakukan dalam lingkungan masyarakat terkecil, yaitu keluarga, untuk membentuk seseorang agar dapat memiliki jiwa sopan santun dalam dirinya. Langkah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan Karakter

mengajarkan sopan santun pada anak

Langkah pertama, kita dapat membentuk anak untuk memiliki karakter sesuai dengan jiwanya. Kita sebagai orangtua hanya dapat mengarahkan karakter tersebut untuk tumbuh dengan sendirinya dan jalan yang sesuai, dalam artian jalan yang baik. Pendidikan karekter tersebut dapat dijabarkan dengan banyak hal sepeti berikut.

  • Mengenalkan pada si anak berbahasa yang baik karena bahasa adalah ungkapan yang akan pertama kali diterima si anak dalam memahami lingkungan sekitar, baik itu bahasa secara verbal atau pun nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa utama yang nantinya akan dijadikan sebuah perantara komunikasi di kemudian hari.
  • Ajarkan pada si anak bahasa yang baik agar mereka mengenal kebaikan dalam berbahasa. Tapi tidak menutup kemungkinan jika orangtua pun harus menjaga agar bahasa yang digunakan pun tetap dalam jalur yang semestinya. Karena bila bahasa yang dikeluarkan oleh orangtua tanpa sengaja dikeluarkan secara buruk, maka memori anak akan menyimpannya dan mengembangkannya sebagai karakter sosial di kemudian hari.
  • Mengenalkan pada anak untuk berperilaku baik. Perilaku di sini bisa banyak dijabarkan, baik itu cara berbusana, cara makan, cara minum, cara mandi, cara peduli terhadap lingkungannya, dan hal lain yang sesuai dengan kondisi sosial di lingkungan tempat anak tinggal. Berikan pengarahan yang tidak terlalu keras, namun tidak juga terlalu lembek agar si anak paham apa itu arti sopan santun dan bagaimana dia merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Mengenalkan pada anak mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik sehingga anak dan orangtua memiliki kegiatan dan hubungan yang baik pula. Dengan komunikasi yang baik, anak akan mampu membedakan pemikirannya dan dengan pemikiran yang diberikan oleh orangtuanya mengenai bagaimana kondisi sopan santun yang ada di masa keduanya.
  • Memberi tahu dan mengingatkan anak mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukannya. Jika si anak salah atau kurang tepat dalam berbahasa dan berperilaku, sebaiknya orangtua adalah pihak pertama yang memberi tahu atau mengingatkan akan hal itu. Jika anak mendapatkannya dari orang atau lingkungan lain, ia akan semakin banyak mempertimbangkan kebenarannya dibandingkan jika hal tersebut diperoleh dari orangtuanya.

Beberapa poin di atas akan bisa menjadi bekal untuk si anak dalam bergaul menjadi manusia sosial di lingkungan masyarakat luas.

2. Pembentukan Karakter

sopan santun

Pembentukan awal karakter yang baik akan menghasilkan manusia yang baik. Dengan demikian, akal yang kuat akan menjadikan si anak tidak mudah terombang-ambing oleh pandangan lain yang datang dari luar meskipun tidak menutup kemungkinan jika nantinya anak akan memperoleh kebaikan yang datang dari lingkungan lain selain lingkungan keluarga.

Oleh karena itu, jangan lewatkan untuk berkomunikasi dengan anak karena komunikasi adalah jembatan yang kuat supaya anak bisa mengomunikasikan berbagai hal yang ditemui lewat pengalaman berpikir dan berperilakunya. Lingkungan keluarga akan menjadi pijakan kokoh untuk si anak bisa mengomunikasikan hal-hal yang ditemukannya di lingkungan lain.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter anak yang sopan akan bisa dimulai sejak dini, yakni sejak anak baru mulai berkembang dan menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya. Mulailah mengajarkan anak bagaimana cara berbicara yang baik kepada orang lain yang baru ditemuinya, orang yang lebih tua, dan bagaimana ia bersikap terhadap merekea.

Baca juga: 5 Penyebab Anak tidak Bersikap Sopan Pada Orangtuanya

Kita dapat membandingkan orang yang tidak memiliki sopan santun dan yang memilki sopan santun. Ini semua dilihat dari dasar pendidikan dalam keluarga. Tidak selalu orangtua berpendidikan tinggi akan membentuk anak yang memiliki tingkatan sopan santun yang baik. Bahkan sebaliknya, anak yang memiliki tingkat sopan santun tinggi bisa saja terlahir dari keluarga tidak berpendidikan secara formal (bersekolah tinggi).

Akan tetapi, sudah sepantasnya jika orang yang berpendidikan formal tinggi melengkapi nilai-nilai pendidikannya dengan nilai sopan santun. Hal ini pulalah yang mendukung kenapa banyak orang berpendidikan tinggi, namun tidak bisa menghargai tetangganya yang sedang kesusahan atau sedang mengalami hal lain yang seharusnya dihormati, dihargai, dan ditoleransi.

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa arti sopan santun adalah melakukan dan mengatakan sesuatu yang baik sesuai pada tempat dan lingkungan sosial tempat seseorang tinggal dan berkembang. Hal ini haruslah dijadikan pula sebagai dasar dalam pembentukan karakter. Seperti halnya menanam tanaman, jika dilakukan dengan penyiraman, penjagaan yang baik, dan pempukan yang secara intens dilakukan, tanaman tersebut akan tumbuh dan menghasilkan buah yang baik bagi siapa saja yang menanam dan mendapatkan hasilnya.

Semoga ulasan di dalam artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda semua para pembaca setia, khususnya para orangtua dan anda bisa temukan artikel menarik lainnya tentang parenting di website theAsianparent Indonesia