Tahukah Anda sistem ekskresi pada hewan? Sistem ekskresi merupakan suatu sistem dalam makhluk hidup yang fungsi utamanya adalah untuk pembuangan zat-zat sisa tubuh yang tidak terpakai lagi seperti feses, air seni, dan keringat. Masing-masing makhluk hidup memiliki sistem ekskresi yang berbeda-beda dengan organ yang berbeda pula. Pada pembahasan kali ini, kita akan belajar tentang sistem ekskresi pada hewan, baik hewan yang memiliki bersel tunggal dan bersel banyak (multisel).
Mengenal Sistem Ekskresi pada Hewan
Sistem ekskresi hewan berbeda-beda sesuai dengan jenis atau spesiesnya. Namun, biasanya memiliki karakteristik yang sama jika berada dalam satu kelompok spesies. Berikut ini ulasan lengkapnya.
Sistem Ekskresi Hewan Avertebrata (Tidak Bertulang Belakang)
Hewan avertebrata adalah jenis hewan yang tidak memiliki struktur tulang belakang, dalam hal ini termasuk hewan bersel tunggal. Selain itu, golongan cacing dan serangga juga termasuk dalam hewan tak bertulang belakang. Berikut ini beberapa sistem ekskresi hewan avertebrata.
Protozoa (Hewan Bersel Satu)
Protozoa dapat dikatakan sebagai bentuk hewan yang paling sederhana karena hanya terdiri atas satu sel. Meski begitu, protozoa ini memiliki berbagai organ sel atau organel yang mempunyai fungsinya masing-masing, mulai dari fungsi pernapasan, fungsi pencernaan, dan fungsi pembentukan energi.
Untuk fungsi ekskresi, protozoa tidak memiliki organ khusus. Jadi, sisa-sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan melalui rongga yang bisa berdenyut atau yang disebut dengan vakuola kontraktil. Ada beberapa jenis hewan bersel tunggal yang memanfaatkan membran atau lapisan terluarnya untuk mengeluarkan zat-zat sisa melalui proses difusi dan osmosis.
Cacing Pipih (Platyhelmintes)
Disebut dengan cacing pipih karena struktur tubuhnya yang pipih dan tipis. Cacing yang termasuk dalam golongan cacing ini ada beberapa macam, salah satu jenis yang paling banyak dijumpai yaitu planaria. Spesies ini mempunyai organ ekskresi yang sederhana, yaitu sel-sel api yang berada di kanan kiri tubuhnya.
Saluran ekskresi planaria berada di bagian sel api yang disebut dengan protonefridium. Pada saluran ini, terdapat nefridiopori yang berbentuk seperti pori atau lubang. Sisa-sisa metabolisme akan didorong menggunakan silia (rambut getar) ke dalam nefridiopori yang kemudian dibuang keluar.
Cacing Tanah (Annelida)
Cacing tanah memiliki struktur tubuh gilig atau membulat. Cacing jenis ini memiliki organ ekskresi bernama metanefridium. Organ tersebut terdapat sepasang di tiap segmen tubuh cacing tanah kecuali pada 3 segmen pertama dan terakhir. Metanefridium mempunyai 2 lubang, yaitu nefrostom di bagian depan dan nefrodiopori di bagian belakang.
Nefrostom berfungsi untuk menarik cairan ke dalam nefridium untuk kemudian diambil zat-zat hara yang berguna bagi tubuh cacing seperti ion dan glukosa. Setelah itu, sisa-sisa metabolisme seperti garam atau senyawa nitrogen dikeluarkan melalui nefrodiopori. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa alat ekskresi utama pada cacing tanah adalah nefrodiopori, hampir sama dengan cacing pipih hanya bentuknya lebih kompleks.
Serangga (Insects)
Kadang kita mengira kalau hewan-hewan yang masuk dalam kelompok serangga memiliki tulang belakang karena kerangkanya yang keras. Sebenarnya, kerangka keras yang dimiliki serangga bukanlah tulang belakang, melainkan kerangka keras yang memiliki lapisan kitin (semacam zat kapur).
Serangga mempunyai alat ekskresi berupa tubulus/ buluh malpighi yang terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Tubulus malpighi berupa pembuluh-pembuluh halus berwarna putih kekuning-kuningan. Tubulus malpighi mempunyai fungsi hampir sama dengan ginjal pada manusia, yaitu mengekskresikan sisa-sisa metabolisme seperti urea, limbah senyawa nitrogen, dan garam yang tidak berguna.
Sebagian zat yang masih berguna akan diserap kembali dan diedarkan dalam tubuh kembali. Selain buluh malphigi, di dalam trakhea serangga juga memiliki sistem ekskresi untuk mengeluarkan sisa-sisa oksidasi/pernapasan yang berupa karbondioksida.
Sistem Ekskresi Hewan Vertebrata (Bertulang Belakang)
Hewan vertebrata merupakan spesies hewan yang memiliki tulang belakang. Organ-organ yang dipunyai oleh vertebrata lebih kompleks dibandingkan pada hewan avertebrata. Seluruh hewan vertebrata sudah memiliki ginjal sebagai alat ekskresinya. Berikut ini sistem ekskresi pada beberapa hewan vertebrata.
Ikan
Hewan ini hidup di dalam air. Oleh karena itu, hasil ekskresinya atau sisa metabolismenya sebagian besar berupa cairan. Ikan memiliki 2 buah ginjal yang berwarna merah kecokelatan dan disebut dengan opistonefros. Selain ginjal, sebagian besar ikan juga mempunyai saluran urogenital atau saluran air kencing untuk membantu pengeluaran sisa metabolisme dari ginjal.
Pada ikan air tawar, ginjalnya memiliki sel penyaring lebih banyak sehingga proses ekskresinya berjalan dengan cepat. Sebaliknya, pada ikan air laut, sel penyaringnya lebih sedikit sehingga proses pengeluaran zat sisa berjalan lambat. Terkait dengan hal itu pula, maka ikan air tawar aktif mengeluarkan ammonia dan air seni dalam jumlah besar. Pada ikan air laut, ekskresi garam dan sampah nitrogen dilakukan melalui insang dan hanya mengeluarkan sedikit air seni.
Amfibi
Hewan ini dikenal dapat hidup di dua alam, yaitu di perairan dan daratan. Hewan ini juga memiliki 2 buah ginjal opistonefros. Pada amfibi jantan, saluran sperma dan saluran ginjal letaknya menjadi satu, sedangkan pada amfibi betina saluran telur dan ginjalnya terpisah. Hewan amfibi juga memiliki kandung kemih untuk menyimpan urin dan ureter yang berfungsi sebagai saluran air seni.
Pada larva amfibi, hasil dari ekskresinya berupa zat ammonia, sedangkan pada berudu dan amfibi dewasa hasil ekskresinya berupa zat urea. Saat berada di air, kulit katak menyerap banyak air dari lingkungan sekitarnya melalui proses osmosis dan pada saat berada di darat ginjal katak banyak mengeluarkan kelebihan cairan yang masuk dalam tubuhnya.
Reptil
Selain ikan dan amfibi, hewan bertulang belakang lainnya masuk dalam golongan reptil seperti buaya dan penyu. Hewan reptil mempunyai sepasang ginjal metanefros, juga mempunyai vesika urinaria yang muaranya berada di kloaka (anus hewan). Pengeluarannya berupa asam urat, cairan urea, dan garam-garam yang sudah tidak terpakai. Hasil ekskresinya pada umumnya berbentuk seperti pasta lembek berwarna putih. Pada buaya, tidak memiliki vesika urinaria sehingga sisa asam urat dibuang bersama feses/sisa pencernaan.
Aves (Spesies Burung)
Spesies hewan vertebrata lainnya yaitu aves atau kelompok spesies burung. Hewan ini mempunyai sepasang ginjal metanefros dan ureter sebagai salurannya. Sisa-sisa metabolisme berupa asam urat berwarna kristal putih dikeluarkan bersama feses. Selain sepasang ginjal, aves juga mempunyai paru-paru yang digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkan sisa pernapasan/oksidasi berupa karbondioksida. Pada burung-burung laut, pengeluaran garam-garam sisa metabolisme dilakukan melalui nares atau lubang hidung.
Mamalia
Hewan vertebrata yang terakhir ini organ-organ ekskresinya mirip dengan manusia. Mamalia mempunyai sepasang ginjal metanefros, ureter, vesika urinaria, dan alat genital tempat pengeluaran zat sisa yang terpisah dengan anus. Selain ginjal, pada mamalia juga mempunyai paru-paru berstruktur seperti spons mirip paru-paru manusia. Paru-paru ini berfungsi untuk memetabolisme oksigen dan mengeluarkan zat sisa karbondioksida.
Sistem ekskresi pada hewan-hewan tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi dan suhu lingkungan sekitar. Oleh karena itu, saat melakukan fungsi ekskresi organ-organnya dapat bekerja dengan cara yang berbeda. Hal tersebut sebagai bagian dari proses mempertahankan diri hewan.