Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diperkenalkan pemerintah Indonesia terhitung sejak tahun 2002. Ini adalah sebuah upaya untuk membangun karakter serta mencerdaskan anak bangsa sejak dini karena sejatinya pendidikan tidak mengenal batas usia. Usia dini merupakan masa keemasan (the golden age) bagi seorang anak. Fase ini menjadi periode yang sangat penting bagi perkembagan fisik dan mental seseorang.
Tidaklah berlebihan apa yang dikatakan sebuah pepatah, “belajar di waktu muda bagai mengukir di atas batu”. Artinya, pendidikan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada usia muda akan mudah membekas pada jiwa seseorang.
Pendidikan Anak Usia Dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah untuk anak usia 0-6 tahun. Namun PAUD ini bisa dilaksanakan oleh masing-masing rumah tangga. Peran keluarga sangat menentukan bagi karakter seorang anak. Nilai-nilai moral didapati anak pertama sekali di lingkungan keluarga.
Namun pada perkembangannya, seringkali orangtua memiliki kesibukan-kesibukan yang tidak memungkinkan mencurahkan perhatian secara penuh. Dengan kondisi sosial seperti itu, pemerintah dan masyarakat merasa perlu mendirikan lembaga PAUD yang dapat membentuk nilai-nilai anak sejak usia dini secara terlembaga.
Tumbuh kembang anak usia dini sangat membantu dan menentukan kualitas kecerdasan, kesehatan, dan kematangan emosional anak. Ini juga membantu akademik anak pada jenjang pendidikan berikutnya. Untuk melahirkan generasi yang hebat, perlu persiapan dan perencanaan sedini mungkin. Pendidikan Anak Usia Dini adalah bentuk usaha melahirkan generasi-generasi yang andal. Bukan hanya andal dalam akademik, namun memiliki kedalaman etika dan moral.
Adapun satuan pendidikan penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini di antaranya adalah TK, Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD Sejenis (SPS), Bina Keluarga Balita, dan Posyandu.
Dari segi usia, anak-anak yang tertampung dalam Pendidikan Anak Usia Dini berbeda dengan usia jenjang pendidikan lainnya. Pendidikan yang diterapkan lebih mengedepankan praktik, mengasah kemampuan dan skill dengan metode bermain, mendengar dan melihat.
Ini mengandung makna bahwa PAUD lebih menonjolkan hal-hal yang tampak dan konkrit. Hal ini dijalankan terutama melalui pembiasaan, keteladanan atau peragaan hidup secara riil. Keteladanan itu bisa berupa penampilan fisik yang bersih dan rapi.
Kepribadian menarik dengan sikap jujur, tanggung jawab, ceria, suka menolong, dan lain sebagainya. Juga tampilan lingkungan yang kondusif berupa lingkungan asri penuh pepohonan, bersih, dan jauh dari coret-coretan dinding. Begitu pula dengan kehidupan keagamaan anak yang membutuhkan contoh dan praktik konkrit. Bagi anak-anak muslim misalnya, bagaimana praktik sholat, wudhu, hafalan surat pendek bersama-sama, dan sebagainya.
Membangun Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini
Secara kejiwaan, anak-anak itu ibarat kertas putih yang masih kosong. Apa yang dilihat dan dicerna oleh seorang anak akan membentuk karakter bagi kepribadiannya. Anak-anak yang dibesarkan dengan kata-kata kotor, maka mereka akan meniru kata-kata tersebut. Jika diasuh dengan kedisiplinan, mereka menjadi anak yang disiplin.
Oleh sebab itu, lembaga Pendidikan Anak Usia Dini memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian-kepribadian positif dengan sistematis dan terorganisir. Sifat menghormati, menjaga kebersihan, dan keterampilan adalah nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan pada diri seorang anak.
Kita adalah bangsa yang besar. Namun kebesaran itu tidak dirasakan oleh segenap penduduk Indonesia. Carut marut yang melanda negeri ini disebabkan ulah tangan putra-putra bangsa juga. Hari-hari kita disuguhkan berita korupsi, tawuran, minimnya kesadaran berbangsa bernegara, dan persoalan-persoalan lainnya yang tak kunjung selesai. Tidak lain, ini adalah buah dari absennya karakter kejujuran, saling menghormati serta karakter hidup berbangsa dan bernegara.
Untuk itu, pendidikan karakter adalah jalan keluar dari beragam persoalan yang kita hadapi. Kita juga tahu, membangun karakter bukan perkara mudah. Hal ini harus dibiasakan dari usia dini. Di sini, Pendidikan Anak Usia Dini berperan besar mendidik anak-anak sedini mungkin untuk membiasakan perilaku jujur, kasih sayang, disiplin dan karakter positif lainnya.
Tentu, keteladanan guru dalam Pendidikan Anak Usia dini sangat menentukan bagi perkembangan kejiwaan dan karakter murid. Guru yang awut-awutan berpakaian berarti mengajarkan muridnya untuk tidak rapi dalam berpakaian.
Guru tidak bisa hanya mengajarkan nilai kebersihan, kejujuran, dan nilai lainnya berdasarkan teori semata. Namun juga memperlihatkan secara riil nilai-nilai tersebut. Anak-anak usia dini belum mampu mencerna nilai-nilai dalam bentuk teori. Mereka berbuat sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat, dan praktikkan.
Membangun karakter anak tidak bisa dipaksakan. Anak akan berbuat positif bila ia melihat lingkungan dan orang-orang sekitarnya berbuat positif. Manusia adalah anak lingkungannya. Artinya, kejiwaan dan kepribadian seseorang sangat erat kaitannya dengan kondisi di mana ia berada. Usia dini merupakan start penting membentuk karakter kepribadian seseorang. Lagi-lagi PAUD mendapat momentum berharga membangun kepribadian anak.
Karakter positif yang ditanamkan saat usia dini mempunyai dampak penting bagi kepribadian anak selanjutnya. Pembiasan-pembiasan pada Pendidikan Anak Usia Dini merupakan langkah membentuk kepribadian seseorang karena karakter tidak bisa muncul begitu saja tanpa adanya pengulangan.
Pada usia 0-6 tahun, perkembangan otak manusia sangat cepat. Otak dapat menyerap berbagai informasi yang ditangkap oleh indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa (panca indra). Pada usia ini, informasi yang ditangkap masih belum bisa membedakan nilai-nilai baik dan buruk. Untuk itu PAUD bertugas penting menanamkan nilai-nilai positif bagi anak-anak.
Bangsa Jepang contohnya, pada usia dini, anak-anak mereka dibiasakan oleh lembaga pendidikannya untuk menghormati guru, hidup bersih, antre, kedisiplinan, dan nilai positif lainnya. Contoh kebersihan misalnya, kalau sedang santai sambil makan makanan berkulit, maka mereka akan menyiapkan plastik untuk sampah makanan. Ketika makan selesai, mereka tinggal membungkus sampah dan membuangnya ke tempat sampah organik.
Pemisahan sampah juga mereka lakukan antara sampah organik dan non-organik. Hebatnya, bukan hanya di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini mereka biasakan, tetapi juga sampai ke tingkatan universitas.
Pendidikan karakter benar-benar mereka terapkan. Ini menjadi kurikulum yang mereka praktikkan secara sistematis dan terorganisir sehingga apa yang mereka dapatkan di sekolah menjadi karaktek di lingkungan luar sekolah. Tentu karakter seperti ini bukan pelajaran untuk anak didik semata, tetapi juga kewajiban pengajar untuk memberi tauladan pada murid-murid mereka.
Prinsip-prinsip Pengajaran Pendidikan Anak Usia Dini
- Orientasi pada kebutuhan anak.
- Sesuai dengan perkembangan anak.
- Sesuai dengan keunikan anak.
- Proses pembelajaran dilakukan dengan bermain.
- Anak belajar dari hal konkret ke abstrak, hal sederhana ke kompleks, dari gerakan ke verbal, dari diri sendiri ke sosial.
- Anak sebagai pembelajar aktif.
- Belaja melalui interaksi sosial.
- Lingkungan kondusif untuk proses belajar.
- Merangsang munculnya kreatifitas dan inovatif.
- Mengembang kecakapan hidup anak.
- Menggunakan berbagai sumber dan media belajar.
- Belajar sesuai kondisi sosial budaya anak.
- Melibatkan peran serta orang tua anak.
- Pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan.
Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini di atas diharapkan mampu menghasilkan anak-anak sebagaimana menjadi tujuan dibentuknya PAUD.